Sejak
masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha yang
baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat saya
cintai. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami bisa tinggal
dirumah yang sangat besar dengan segala fasilitas yang sangat bagus.
Demikian
pula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai keluar
negeri dengan Biaya yang tidak pernah saya batasi. Akhirnya mereka
semua berhasil dalam sekolah juga dalam usahanya dan juga dalam
berkeluarga.
Tibalah
dimana kami sebagai orangtua merasa sudah saatnya pensiun dan menuai
hasil panen kami. Tiba-tiba istri tercinta saya yang selalu setia
menemani saya dari sejak saya memulai kehidupan ini meninggal dunia
karena sakit yang sangat mendadak.
Lalu
sejak kematian istri saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu
kami karena anak-anak kami semua tidak ada yang mau menemani saya karena
mereka sudah mempunyai rumah yang juga besar. Hidup saya rasanya
hilang, tiada lagi orang yang mau menemani saya setiap saat saya
memerlukan nya.
Tidak
sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi kabar
melalui telepon. Lalu tiba-tiba anak sulung saya datang dan mengatakan
kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak effisien juga toh saya
dapat ikut tinggal dengannya. Dengan hati yang berbunga saya
menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan rumah besar lagi
tapi tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya. Setelah itu
saya ikut dengan anak saya yang sulung.
Tapi
apa yang saya dapatkan ? setiap hari mereka sibuk sendiri-sendiri dan
kalaupun mereka ada di rumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa
saya. Semua keperluan saya pembantu yang memberi. Untunglah saya selalu
hidup teratur dari muda maka meskipun sudah tua saya tidak pernah
sakit-sakitan.
Lalu
saya tinggal dirumah anak saya yang lain. Saya berharap kalau saya akan
mendapatkan sukacita idalamnya, tapi rupanya tidak. Yang lebih
menyakitkan semua alat-alat untuk saya pakai mereka ganti, mereka
menyediakan semua peralatan dari kayu dengan alasan untuk keselamatan
saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut kalau saya memecahkan
alat-alat mereka yang mahal-mahal itu. Setiap hari saya makan dan minum
dari alat-alat kayu atau plastik yang sama dengan yang mereka sediakan
untuk para pembantu dan anjing mereka. Setiap hari saya makan dan minum
sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?
Akhirnya
saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu sangat saya
kasihi melebihi yang lain karena dia dulu adalah seorang anak yang
sangat memberikan kesukacitaan pada kami semua. Tapi apa yang saya
dapatkan?
Setelah
beberapa lama saya tinggal disana akhirnya anak saya dan istrinya
mendatangi saya lalu mengatakan bahwa mereka akan mengirim saya untuk
tinggal di panti jompo dengan alasan supaya saya punya teman untuk
berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya.
Sekarang
sudah 2 tahun saya disini tapi tidak sekalipun dari mereka yang datang
untuk mengunjungi saya apalagi membawakan makanan kesukaan saya.
Hilanglah semua harapan saya tentang anak-anak yang saya besarkan dengan
segala kasih sayang dan kucuran keringat. Saya bertanya-tanya mengapa
kehidupan hari tua saya demikian menyedihkan padahal saya bukanlah
orangtua yang menyusahkan, semua harta saya mereka ambil. Saya hanya
minta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk dengan diri
sendiri.
Kadang
saya menyesali diri mengapa saya bisa mendapatkan anak-anak yang
demikian buruk. Masih untung disini saya punya teman-teman dan juga
kunjungan dari dermawan-dermawan yang mengasihi saya tapi tetap saya
merindukan anak-anak saya.
*Sampai hatikah kita membiarkan para orangtua kesepian dan menyesali hidupnya hanya karena semua kesibukan hidup kita.
Bukankah
suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian ? Ingatlah
bahwa tanpa Ayah dan Ibu, kita tidak akan ada di dunia dan menjadi
seperti ini.
Jika kamu masih mempunyai orang tua, bersyukurlah sebab banyak anak yatim-piatu yang merindukan kasih sayang orang tua.
0 komentar:
Posting Komentar