(ditulis oleh: Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc.)
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَكَمَ بِانْقِضَاءِ الْأَعْمَارِ
وَفَنَاءِ هذِهِ الدَّارِ، وَأَخْبَرَ أَنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ
القَرَارِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، المُصْطَفَى
المُخْتَارُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
الْمُهَاجِرِيْنَ مِنْهُمْ وَالْأَنْصَارِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً
كَثِيْرًا.
أمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَانظُرُوْا
فِيْ أَعْمَالِكُمْ وَتَأَهَّبُوْا لِرَحِيْلِكُمْ وانْتِقَالِكُمْ إِلَى
رَبِّكُمْ.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan dunia sebagai tempat
beramal dan akhirat sebagai tempat pembalasan amalan. Saya bersaksi
bahwasanya tidak ada sesembahan yang diibadahi dengan benar kecuali
Allah l semata dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad n adalah hamba dan
utusan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah l curahkan kepada
Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, dan kaum muslimin
yang senantiasa mengikuti petunjuknya.
Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah l dan mengingat bahwa kita
diciptakan adalah untuk suatu tujuan yang sangat besar, yaitu
mewujudkan peribadahan kepada Allah l. Oleh karena itu, mempelajari
agama Allah l dan kemudahan untuk mengamalkannya adalah sesuatu yang
paling besar dan paling dibutuhkan oleh seorang hamba.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,
Setiap orang harus menyadari bahwa ucapan dan perbuatannya akan dicatat.
Akan datang saatnya hari perhitungan amalan. Di hari itu, setiap orang
akan teringat dengan semua yang diperbuat saat di dunia. Betapa menyesal
dan takutnya seseorang ketika di hari pembalasan kelak, mengetahui dan
teringat dengan kemaksiatan yang dilakukannya saat di dunia dan belum
bertaubat darinya.
Allah l berfirman:
“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan
(di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya. Ia ingin
kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh dan Allah
memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya dan Allah sangat penyayang kepada
hamba-hamba-Nya.” (Ali ‘Imran: 30)
Di hadapan kita ada kematian dan sakratul maut. Ada alam kubur dan
pertanyaan malaikat serta azab di dalamnya. Di hadapan kita ada hari
perhitungan amalan dan siksa yang sangat mengerikan. Apa yang sudah kita
persiapkan untuk menghadapi segala peristiwa yang pasti akan kita temui
ini?
Hadirin rahimakumullah,
Allah l telah mengingatkan kita untuk mempersiapkan diri menyambut datangnya kematian ini, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak-anak kalian
melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat
demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. Dan infakkanlah
sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang
kematian kepada salah seorang di antara kalian, lalu ia berkata, ‘Ya
Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu
yang dekat, sehingga aku dapat bersedekah dan (agar) aku termasuk
orang-orang yang saleh?’ Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan
(kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya dan Allah
Maha Mengetahui seluruh yang kamu kerjakan.” (al-Munafiqun: 9—11)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa kesempatan hidup ini akan berlalu dan
kematian adalah suatu ketetapan yang tidak bisa dihindari. Oleh karena
itu, sudah semestinya setiap orang memanfaatkannya dengan berbagai amal
saleh sebelum datangnya hari, saat seseorang ketika meminta kesempatan
hidup lagi tidak akan pernah mendapatkannya, saat seseorang akan
mengetahui akibat dari perbuatan yang selama ini dilakukan. Allah l
menyebutkan keadaan orang yang merugi saat kematiannya dalam firman-Nya:
“Betapa mengerikannya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang
zalim berada dalam tekanan sakratul maut, dalam keadaan para malaikat
memukul dengan tangannya, (sambil berkata), ‘Keluarkanlah nyawamu!’ di
hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu
selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan
(karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.”
(al-An’am: 93)
Oleh karena itu, setiap orang hendaknya senantiasa mengingat ketika
suatu saat nanti akan diiring di atas pundak-pundak orang yang
membawanya ke liang lahat. Akan datang saatnya seseorang harus
meninggalkan keluarga, saudara, tempat tinggal, dan urusan dunianya,
serta memasuki awal kehidupan akhirat, untuk kemudian akan dibangkitkan
dari alam kuburnya.
Hadirin rahimakumullah,
Jika seseorang mau berpikir untuk membandingkan antara kehidupan dunia
dan akhirat, tentu dia akan mendapatkan perbedaan yang sangat jauh.
Dunia dan seisinya ini, sejak diciptakannya hingga akhir nanti, tidaklah
seberapa nilainya dibandingkan dengan kenikmatan surga di akhirat
kelak. Bersamaan dengan rendahnya dunia di hadapan kenikmatan surga,
kehidupan dunia ini pun sangat sebentar dibanding kehidupan akhirat yang
selamanya. Allah l berfirman:
“Adapun kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (al-A’la: 17)
Bahkan, Nabi n bersabda:
مَوْضِعُ سَوْطٍ فِي الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Tempat cemeti/cambuk di surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. al-Bukhari)
Maka dari itu, sungguh dunia tidak ada nilainya dibanding dengan
kenikmatan di akhirat kelak. Segala yang ada di dunia ini semuanya penuh
dengan kekurangan. Apa yang diperoleh dari kenikmatan dunia diiringi
dengan susah payah. Rasa senang yang dirasakan di dunia ini diiringi
dengan kesedihan. Begitu pula nikmatnya sehat di dunia, diiringi dengan
sakit.
Adapun kehidupan di surga adalah kehidupan yang selamanya dan
kenikmatannya adalah kebahagiaan yang tidak ada sedihnya, kesehatan yang
tidak ada sakitnya, dan bahkan masa muda yang tidak ada masa tuanya.
Nabi n menyebutkan bahwa sebelum penduduk surga masuk ke dalamnya, akan
dikatakan kepadanya:
إِنَّ لَكُمْ أَنْ تَصِحُّوا فَلاَ تَسْقَمُوا أَبَدًا، وَإِنَّ لَكُمْ
أَنْ تَحْيَوْا فَلاَ تَمُوتُوا أَبَدًا، وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَشِبُّوا
فَلاَ تَهْرَمُوا أَبَدًا، وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَنْعَمُوا فَلاَ
تَبْأَسُوا أَبَدًا
“(Wahai penduduk surga), sungguh kalian akan selalu sehat dan tak akan
pernah sakit selamanya; sungguh kalian akan hidup dan tidak akan mati
selamanya; kalian akan dalam usia muda dan tidak akan pernah tua
selamanya; serta sungguh kalian akan terus merasakan kenikmatan dan
tidak akan bersedih selamanya.” (HR. Muslim)
Hadirin rahimakumullah,
Demikianlah perbedaan yang jauh antara kehidupan dunia yang fana
dibanding akhirat yang selamanya. Namun, pada kenyataannya banyak orang
yang lebih mendahulukan dunia daripada akhirat. Mereka bersemangat
mencari dunia meskipun harus meninggalkan kewajiban yang telah Allah l
perintahkan. Mereka juga tenggelam dalam menuruti keinginan syahwat dan
hawa nafsunya hingga lupa untuk bersyukur atas nikmat yang Allah l
karuniakan kepada mereka. Hal ini terlihat dari keseharian mereka yang
tampak malas menjalankan shalat lima waktu atau bahkan tidak
melakukannya sama sekali. Banyak yang bergelimang kemaksiatan dan
terjatuh pada dosa
besar: judi, mencuri, mabuk, zina, menghianati amanat yang telah
diterimanya, berbuat curang dan berdusta dalam jual beli, tidak memenuhi
janji yang telah disepakatinya, serta yang semisalnya.
Hadirin rahimakumullah,
Telah sampai kepada kita banyak ayat Allah l yang dibacakan kepada kita.
Telah sampai pula kepada kita petunjuk Nabi n, maka tidak ada
keselamatan dari azab Allah l selain dengan takwa.
Yaitu menjadi orang-orang yang mengatakan, “Saya telah mendengar dan
mengetahui perintah-Mu, ya Allah, dan saya siap untuk menjalankannya.”
Mudah-mudahan Allah l memberikan taufik-Nya kepada kita semua.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ آثَرُوْا الْآخِرَةَ عَلَى الدُّنْيَا
وَآتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّداً خَاتَمَ النَّبِيِّيْنَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كثيراً، أَمَّا بَعْدُ:
Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa mengingat bahwa kehidupan yang sekarang sedang
kita alami ini adalah kehidupan yang sementara. Akan datang saatnya
seseorang akan diiring di atas pundak-pundak orang yang membawanya ke
liang lahat. Akan datang saatnya seseorang harus meninggalkan keluarga,
saudara, tempat tinggal, dan urusan dunianya serta memasuki awal
kehidupan akhirat, untuk kemudian suatu saat nanti akan dibangkitkan
dari alam kuburnya. Ibarat orang yang sedang berjalan, maka kehidupan
dunia ini hanyalah tempat persinggahan yang akan segera ditinggalkan
atau bahkan hanya sebuah tempat yang dilewati.
Nabi n bersabda:
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ.
“Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing (yang sedang singgah) atau (bahkan) orang yang sedang dalam perjalanan.”
Sahabat Ibnu ‘Umar c mengatakan,
إِذَا أَمْسَيْتَ فَلَا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلَا
تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ
حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
“Apabila engkau berada pada sore hari maka jangan engkau menunggu pagi
hari dan apabila engkau berada pada pagi hari maka jangan menunggu sore
hari. Oleh karena itu, gunakan waktu sehatmu sebelum sakit menimpamu dan
gunakan waktu hidupmu sebelum datangnya kematianmu.” (HR. al-Bukhari)
Sahabat ‘Ali z berkata:
ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً، وَارْتَحَلَتِ الْآخِرَةُ مُقْبِلَةً،
وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ مِنْهُمَا بَنُونَ، فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ
الْآخِرَةِ وَلاَ تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْيَوْمَ
عَمَلٌ وَلاَ حِسَابٌ، وَغَدًا حِسَابٌ وَلاَ عَمَلٌ
“Dunia telah berjalan menjauh ke belakang dan akhirat pun telah berjalan
mendekat di depan. Dan keduanya memiliki penduduk, maka (bersiaplah)
kalian untuk menjadi penduduk akhirat dan bukan menjadi penduduk dunia.
Maka sesungguhnya hari ini adalah hari beramal dan tidak ada hisab,
sementara esok adalah hari hisab (perhitungan amal) dan tidak ada
(kewajiban) beramal.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari)
Hadirin rahimakumullah,
Mudah-mudahan Allah l memberikan taufik-Nya kepada kita untuk memiliki
sifat-sifat penduduk surga dan menjauhkan kita dari memiliki sifat-sifat
penduduk neraka yang disebutkan dalam firman-Nya:
“Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan
dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun
orang-orang yang takut pada saat menghadap Rabb-nya dan menahan diri
dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat
tinggal(nya).” (an-Nazi’at: 37—42)
Catatan Kaki:
Kami tidak mencantumkan doa pada rubrik “Khutbah Jumat” agar khatib
yang ingin membaca doa memilih doa yang sesuai dengan keadaan
masing-masing.
Selasa, 30 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar