Cerita ini dalam film ini banyak mengandung unsur kebatilan, seperti
adanya penyembahan dewa-dewa seperti Dewa Emperor, Dewa Bumi, Dewa
Gunung, Dewa Naga, dan lain-lain. Keyakinan ini seluruhnya berasal dari
agama Budha, Hindu dan Shinto yang penuh dengan kebatilan dan kesesatan,
sementara Allah hanyalah meridhoi Islam sebagai agama yang benar.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. (QS. Ali Imron : 19)
Mufassir ulung, Al-Imam Ibnu Katsir-rahimahullah- berkata, “Firman
Allah -Ta’ala- tersebut merupakan pengabaran dari-Nya bahwa tak ada
agama di sisi-Nya yang Dia terima dari seorang pun selain Islam, yaitu
mengikuti para Rasul dalam perkara yang mereka diutus oleh Allah
dengannya dalam setiap zaman sampai mereka (para rasul itu) ditutup
dengan Muhammad -Shollallahu ‘alaihi wasallam- yang telah menutup semua
jalan menuju kepada-Nya, selain dari arah Muhammad -Shollallahu ‘alaihi
wasallam-. Barangsiapa yang setelah diutusnya Muhammad -Shollallahu
‘alaihi wasallam- menemui Allah dengan suatu agama yang tidak
berdasarkan syari’atnya, maka agama itu tak akan diterima”. [Lihat
Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim (1/471)]
Jadi, agama apapun selain Islam, seperti agama Buddha, Hindu, Shinto,
dan lainnya, semuanya tak akan diterima oleh Allah, dan pelakunya akan
merugi, karena kekafiran dirinya. Allah -Ta’ala- berfirman
“Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi”. (QS. Ali Imron: 85 )
Seorang Imam Ahli Tafsir, Abul Fadhl Mahmud Al-Alusiy-rahimahullah-
berkata dalam menafsirkan ayat ini, “Allah -Ta’ala- menjelaskan bahwa
barangsiapa yang–setelah diutusnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam-
memilih selain syari’at beliau, maka agama itu tak akan diterima
darinya. Sedangkan diterimanya sesuatu adalah diridhoinya, dan
diberikannya balasan bagi pelakunya atas perbuatan itu”. [Lihat Ruh
Al-Ma’aniy (3/215)]
Jika kita telah mengetahui kebatilan agama selain Islam, maka tak
layak bagi kita dan anak-anak kita untuk berbangga, meniru, dan memuji
orang-orang kafir itu, dan gaya hidup mereka, apalagi sampai memilih
agama mereka sebagai pedoman hidup !! Jauhkanlah anak-anak kita dari
orang-orang kafir, jangan sampai mereka bangga dengan orang-orang kafir.
Bersihkanlah mulut dan telinga mereka dari istilah-istilah orang-orang
kafir, dan paganisme dengan jalan membersihkan rumah kita dari benda
pembawa petaka (televisi) yang berisi tayangan yang mendangkalkan,
bahkan menghanguskan agama. Kita harus baro’ (berlepas diri) dari
orang-orang kafir, dan sembahan-sembahan mereka,
“Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim
dan orang-orang yang bersama dengan Dia; ketika mereka berkata kepada
kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari
daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu,
dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat
selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja”. (QS.
Al-Mumtahanah: 04).
Ayat ini mengajarkan kepada kita agar punya pendirian terhadap
orang-orang kafir. Kita harus tegas dalam menampakkan keyakinan kita.
Jangan malah kita yang bangga dan tertipu dengan kekafiran mereka,
karena hanya sekedar kemajuan semu yang mereka capai di dunia ini. Allah
-Ta’ala- berfirman,
“Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri-negeri”. (QS.Ali Imran : 196).
Imam Para Ahli Tafsir, Abu Ja’far Ath-Thobariy-rahimahullah- berkata,
“Allah -Ta’ala Dzikruh- melarang Nabi-Nya -Shallallahu ‘alaihi wa
sallam- agar jangan tertipu dengan bergerak (bebas)nya orang-orang kafir
di negeri-negeri, dan penangguhan Allah bagi mereka, padahal mereka
berbuat syirik, mengingkari nikmat-nikmat-Nya, dan beribadahnya mereka
kepada selain-Nya”. [Lihat Jami’ Al-Bayan (3/557)]
Jadi, bebasnya mereka di muka bumi ini, dan majunya mereka dalam
segala lini kehidupan jangan membuat kita tertipu dengan mereka,
sehingga akhirnya tak lagi mengingkari kekafiran mereka, dan malah
memilih sikap toleran bersama mereka dalam urusan agama (aqidah, ibadah,
akhlaq, dan lainnya).
Kamis, 15 Agustus 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar